1.1.3 Māturīdī, Kitab al-Tawḥīd
Apakah mungkin memediasi antara klaim-klaim kebenaran dari berbagai tradisi yang saling bersaing? Dapatkah kita menghindari penalaran melingkar dalam filsafat dan/atau teologi?
Ikhtisar Ringkas untuk Penutur Non-Arab:
Imam Maturidi adalah pendiri salah satu mazhab teologi sistematis yang paling berpengaruh dalam pemikiran Islam klasik. Dia memulai risalah teologisnya, berjudul Book of Divine Unicity, dengan menanyakan apakah mungkin menengahi klaim-klaim kebenaran dari berbagai tradisi yang saling bersaing. Dalam sebuah langkah yang menjadi landasan bagi teologi dialektik atau filosofis dalam Islam, Maturidi mengatakan bahwa merujuk pada kebenaran sebuah tradisi dengan mengacu pada dirinya sendiri menghasilkan penalaran yang melingkar. Penerapan penalaran yang melingkar secara filosofis tidak memuaskan, itulah sebabnya seseorang harus bersandar pada otoritas independen dari “akal-budi” (‘aql). Karena itu, fondasi agama (din) bertumpu pada akal-budi dan wahyu.
Thumbnail: ” Ornamen-Ornamen pekuburan Shah-i-Zinda di bagian timur laut Samarkand.” Kredit Foto: Sergio Tittarini, 2012. CC BY-NC 2.0.